Apa Langkah Mitigasi Pemerintah Atas Dampak PPN Naik 12%?

| PENAMARA . ID

Rabu, 18 Desember 2024 - 01:34 WIB

facebook twitter whatsapp telegram copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon copy

URL berhasil dicopy

Keterangan: (kiri) Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dan (kanan) Menteri Keuangan, Sri Mulyani, dalam konferensi pers di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, pada Senin (16/12) di Jakarta.

Keterangan: (kiri) Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dan (kanan) Menteri Keuangan, Sri Mulyani, dalam konferensi pers di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, pada Senin (16/12) di Jakarta.

PENAMARA.ID | Jakarta – Pemerintah resmi menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12%, dan berlaku efektif mulai 1 Januari 2025. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara guna mendukung program pembangunan jangka panjang dan stabilitas ekonomi.

Mesti sebagai bentuk ketaatan regulasi dan upaya meningkatkan penerimaan negara dalam mendukung ekonomi, dampak terhadap daya beli masyarakat dan sektor usaha tidak dapat diabaikan. Mitigasi oleh pemerintah harus dilakukan secara teliti demi mengurangi dampak negatif terhadap masyarakat dan sektor usaha.

Latar Belakang Kenaikan PPN

Kenaikan tarif PPN merupakan bagian dari implementasi Undang-Undang Hormonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) Nomor 7 yang disahkan sejak 2021.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, penerimaan PPN pada 2023 mencapai Rp 718 triliun, baik 20% dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan kenaikan tarif ini, pemerintah menargetkan tambahan penerimaan sebesar 70-90 triliun pada 2025.

Menurut Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, kebijakan ini diambil untuk memperkuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk menstimulasi perekonomian melalui berbagai paket kebijkan ekonomi dalam meningkatkan kesejahteraan.

“Keadilan adalah dimana kelompok masyarakat yang mampu akan membayar pajaknya sesuai dengan kewajiban berdasar Undang-Undang, sementara kelompok masyarakat yang tidak mampu akan dilindungi bahkan diberikan bantuan. Di sinilah prinsip negara hadir,” ungkap Menkeu dalam Konferensi Pers bertajuk “Paket Stimulus Ekonomi untuk Kesejahteraan” yang dilaksanakan di Jakarta, pada Senin (16/12).

Dalam Kenaikan PPN bagi Masyarakat

Dengan kenaikan PPN menjadi 12% sejumlah harga barang dan jasa diperkirakan mengalami penyesuaian. Berikut simulasi dampak kenaikan:

  • Sebelum kenaikan PPN: Harga produk Rp 100.000 dikenaikan PPN 11% menjadi Rp 111.000.
  • Setelah kenaikan PPN: Harga produk yang sama akan dikenakan tarif 12% menjadi Rp 112.000.

Meskipun kenaikan terlihat kecil, dampaknya bisa terasa signifikan jika diterapkan pada barang kebutuhan sehari-hari, seperti elektronik, pakaian, dan jasa transportasi.

Reaksi Pelaku Usaha

Kebijakan ini memicu beragam tanggapan dari pelaku usaha. Sebelumnya Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia (Periode 2021-2026), Arsjad Rasjid meminta pemerintah menunda implementasi kenaikan tarif PPN.

Arsjad menyampaikan kenaikan ini mesti dipertimbangkan kembali dengan melihat kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat secara terkini hari ini, jika berdasarkan pada putusan di tahun 2021 jelas berbeda kondisinya.

“Kami menyarankan kepada pemerintah untuk menunda PPN 12%, karena kalau PPN itu langsung (berdampak) kepada konsumen, langsung berkaitan pada dunia usaha dan masyarakat,” ungkap Arsjad dalam Jumpa Pers Rapat Pimpinan Nasional Kadin 2024, pada Jumat (29/11) di Jakarta.

Upaya Menurunkan Dampak

Sementara itu, untuk mengurangi beban masyarakat, kenaikan PPN hanya berlaku hanya pada barang dan jasa tertentu, di antaranya: layanan kesehatan kategori VIP atau premium, lembaga pendidikan dengan biaya tinggi atau jasa pendidikan premium sejenis.

Selain itu, konsumsi listrik rumah tangga dengan daya 3.600-6.600 Volt Ampere (VA) juga terdampak. Barang kebutuhan pokok yang termasuk kategori premium, seperti beras, buah-buahan, ikan dan udang-udangan, serta daging, turut dikenakan kenaikan tarif PPN ini.

Kenaikan PPN menjadi 12% adalah langkah yang strategis untuk mendongkrak pendapatan negara dan mendukung perkembangan ekonomi nasional. meskipun kebijakan tersebut menimbulkan tantangan bagi masyarakat dan pelaku usaha.

Pemerintah harus berkomitmen untuk memastikan dampaknya tetap terkendali memalui berbagai pengawasan, dengan pengelolaan yang transparan dan tepat sasaran, kenaikan PPN tidak hanya memberi manfaat secara pendek bagi perekonomian Indonesia.


Artikel Lain : Populasi Besar, Tantangan Besar, Impian Besar : Indonesia

Penulis : Yacob Munthe

Editor : Redaktur

Berita Terkait

Retorika Satu Tahun Pemerintahan Prabowo–Gibran; dari Janji ke Realisasi menuju Stagnasi
Krisis BBM Swasta; Rapuhnya Sistem Pengelolaan Energi Kita
DPR Bikin Emosi: Kok Bisa Orang-Orang ‘Kualitas Rendahan’ Duduk di Senayan?
GMNI Tangsel Kecam Arogansi Brimob, Tuntut Copot Kapolri
Tragedi Rantis Lindas Driver Ojol: GMNI Desak Evaluasi Total Pembinaan Personel Brimob dan Polri
Ketika ‘Reformasi Polri’ adalah Jawaban
GMNI Tangsel Kutuk Brutalitas Polisi dalam Aksi Demonstrasi di DPR RI
Kongres yang Disandera Kepentingan: Bandung dan Skandal Sebuah Perjalanan Ideologis yang Disesatkan
Berita ini 50 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 13 Oktober 2025 - 16:13 WIB

Retorika Satu Tahun Pemerintahan Prabowo–Gibran; dari Janji ke Realisasi menuju Stagnasi

Minggu, 28 September 2025 - 13:55 WIB

Krisis BBM Swasta; Rapuhnya Sistem Pengelolaan Energi Kita

Minggu, 31 Agustus 2025 - 22:16 WIB

DPR Bikin Emosi: Kok Bisa Orang-Orang ‘Kualitas Rendahan’ Duduk di Senayan?

Sabtu, 30 Agustus 2025 - 18:39 WIB

GMNI Tangsel Kecam Arogansi Brimob, Tuntut Copot Kapolri

Jumat, 29 Agustus 2025 - 23:02 WIB

Tragedi Rantis Lindas Driver Ojol: GMNI Desak Evaluasi Total Pembinaan Personel Brimob dan Polri

Berita Terbaru