Pramoedya Ananta Toer, salah satu sastrawan besar Indonesia, pernah menyampaikan pesan tajam dan penuh makna untuk anak muda. Ia menekankan pentingnya keberanian, kejujuran, serta keterbukaan dalam menghadapi realitas yang sering kali sengaja ditutupi oleh kekuasaan.
“Anak-anak muda harus meniru pendahulu mereka yang lugas, jujur, bebas dari pretensi, dan lepas dari pajangan serta hiasan yang tak perlu,” tegas Pram. Menurutnya, praktik manipulasi melalui eufemisme — pemanis kata yang menutupi kebusukan — masih terus dilakukan sejak Orde Baru. “Penipuan terang-terangan ini membuat anak muda gagal belajar dari realitas,” tambahnya.
Pram juga tak ragu mengkritik keras warisan Orde Baru yang, menurutnya, hanya meninggalkan kebobrokan. “Apa yang terjelek hari ini adalah hasil dari Orde Baru,” ujarnya tanpa tedeng aling-aling. Ia bahkan menyatakan bahwa dirinya tak lagi bisa mempercayai para politisi yang lahir dari rezim tersebut. “Ketika saya mengikuti omongan dan tingkah laku mereka, saya tak melihat ke-Indonesiaan. Mereka hanya menjadi pembesar saja,” katanya getir.
Lebih jauh, Pramoedya menekankan bahwa anak muda wajib memahami sejarah. “Kalau tidak tahu sejarah, kita tak akan paham masa kini, apalagi masa depan. Sejarah adalah rumah tempat kita bertolak untuk menjelajah dunia. Tanpa itu, kita hanya akan terus tersasar.” Ia juga menyoroti absurditas negara maritim yang justru dikuasai oleh Angkatan Darat. “Kita ini negeri dengan 14 sampai 16 ribu pulau, tapi kok negaranya dikuasai tentara darat?”
Pesan Pram yang paling menggugah adalah seruannya soal keberanian: “Tanpa keberanian kalian hanyalah ternak!” kenapa? Karena tanpa keberanian tidak akan ada yang bisa berubah. Pram juga bilang: “Terserah kalian mau jadi ternak, digiring kesana kemari. Dan suatu kali mungkin ternak itu digiring ke penjagalan”
Pesan ini adalah pengingat lantang bahwa anak muda memiliki peran besar dalam perubahan. Dengan keberanian, kejujuran, dan pemahaman sejarah, mereka bisa menjadi generasi yang membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Artikel Lain : 100 Tahun Pramoedya Ananta Toer Meninggalkan Jejak Revolusi, Karya, dan Perjuangan
Penulis : Ari Sujatmiko
Editor : Redaktur