Pangan bukan sekedar ketersediaan, tetapi juga berhubungan secara langsung dengan stabilitas ekonomi dan sosial negara. Mengingat proyeksi jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat, yang saat ini berdasarkan data akhir PENAMARA.ID jumlahnya mencapai 282 juta juta, dan diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 322 juta jiwa di tahun 2060.
Hal ini tentu saja menambah urgensi mencapai ketahanan dan kemandirian pangan. Ketersediaan pangan yang lebih sedikit dibandingkan kebutuhan dapat memicu ketidakstabilan ekonomi dan bahkan menimbulkan gejolak sosial serta politik yang merugikan.
Indonesia —sebagaimana juga dilihat oleh dunia— memiliki potensi besar di sektor pertanian yang bisa menjadi kunci untuk mencapai ketahanan pangan yang baik. Namun, tantangan besar tetap ada, seperti perubahan iklim yang memengaruhi cuaca yang tidak menentu seperti banjir dan kekeringan yang berdampak pada produksi pertanian, serta alih fungsi lahan yang semakin mengancam ketahanan pangan, misalnya:
Lahan pertanian dialihfungsikan menjadi kawasan industri, perumahan, atau perkantoran sehingga mengurangi luas lahan produktif dan mengancam keberlanjutan produksi pangan nasional. Dalam pandangan saya, jika masalah ini tidak segera diatasi, maka sektor pertanian Indonesia, yang seharusnya menjadi pilar utama akan semakin terancam.
Sebagai contoh, di Kabupaten Brebes pada sektor pertanian —khususnya bawang merah— sangat berperan penting dalam perekonomian lokal. Namun, kendala-kendala seperti cuaca yang tidak dapat diprediksi, fluktuasi harga, serta masalah distribusi hasil panen menjadi tantangan utama bagi para petani.
Para petani seperti Jayanti [nama disamarkan] (60) berasal dari Desa Klampok, harus menghadapi dampak buruk dari cuaca ekstrem yang merusak hasil panen dan menjadikan harga jual semakin tidak stabil. Beliau mengatakan bahwa perubahan cuaca yang mendadak membuat panen menurun, karena biasanya pertanian bawang merah cocok ditanam pada cuaca panas, jika saat musim hujan hasil panen banyak yang busuk dan saat musim kemarau menjadi mati karena kurangnya kelembaban pada lahan pertanian.
Selain itu, hasil panen yang melebihi kapasitas menyebabkan harga anjlok dan membuat petani mempertimbangkan harga jualnya kepada pengepul. Sebab jika harga bawang merah sedang turun pengepul akan memberikan harga 1 juta perkwintal. Namun, jika harga sedang naik bisa sampai sekitar 4 juta perkwintalnya (24/02/2025).
Untuk mengurangi kerugian petani, penting bagi pemerintah untuk meningkatkan sistem irigasi yang lebih baik agar dampak cuaca ekstrem bisa diminimalisir. Selain itu, kebijakan yang mendukung kestabilan harga pangan juga harus menjadi perhatian, agar petani dapat terus berproduksi dengan kondisi yang lebih menguntungkan. Jika langkah-langkah ini diambil, sangat meyakinkan sektor pertanian Indonesia dapat berkembang secara berkelanjutan dan mampu menghadapi tantangan ketahanan pangan di masa depan.
Artikel Lain : Reforma Agraria dan Proyek Strategis Nasional
Penulis : Alifvia Rahma Aprilita
Editor : Alda